Alanna

August 18, 2017

Gadis itu duduk di tepian tempat tidurnya. Perasaannya campur aduk. Cemas, tapi bahagia. Ada perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dan perutnya terasa melilit, namun bagaimanapun, hari ini, untuk pertama kalinya ada seorang lelaki yang akan datang ke rumah, menemui ayahnya. Lelaki itu tak lain dan tak bukan adalah teman satu komunitas relawan yang sudah diakrabinya saat masih berstatus mahasiswa tahun akhir. Alan namanya. Ia tidak pernah begitu dekat dengan lelaki manapun, termasuk Alan.
Ah, mari kita flashback sebentar. Pertemuannya hanya saat rapat dan bila ada agenda. Mereka pun tidak satu divisi, jadi jarang bertemu. Namun, siapa sangka. Alan ternyata diam-diam memperhatikannya. Dan tidak sulit bagi Alan untuk menghubunginya. Pertama-tama, hanya menyapa. Bertanya tentang buku-buku yang dibacanya, karena Rianna, nama gadis itu, sangat suka membaca. Dia tau Alan hanya berbasa basi, karena Alan, walaupun ia cerdas, bukanlah penggemar berat buku seperti dirinya. Paling banter juga baca komik, dan selebihnya baca buku kuliah dan listrik-listrik itu. Alan lebih suka praktik lapangan, seperti membuat alat-alat atau apapun yang Rianna tidak paham. Ia mendengar itu dari teman-temannya yang sering heboh membicarakan Alan. 
Pesan-pesan itu mulai sering berdatangan, kadang Rianna bingung sendiri membalasnya. Kadang, ia biarkan saja pesan itu semalaman. Dan ia balas diwaktu yang ia rasa Alan tidak akan langsung membalasnya. Bikin pusing saja. Rutuknya. Aku udah dipusingkan sama proposal yang belum kelar dan target wisuda. Nggak ada waktu mikirin itu. Pikir Rianna sebal.
Namun itu setahun yang lalu, kini Rianna sudah menyelesaikan studinya, dalam waktu empat setengah tahun. Dan kini ia sibuk belajar membuat kue, sambil mendaftar kerja. Nama Alan sudah tak lagi teringat olehnya. Alan pun dengar-dengar sudah bekerja di salah satu perusahaan milik negara. 
Usia Rianna mendekati 24 tahun bulan September ini. Masih muda, memang. Namun, jangan lupa. Merupakan tradisi disini orang-orang bertanya mengenai hubungan asmara seseorang dan ingin tau apakah orang tersebut sudah punya calon. Salah satu topik menarik, memang. Rianna salah satu korbannya. Paman dan bibinya seringkali bertanya pada ayah dan ibunya, apakah Rianna sudah punya calon. Mereka cuma senyum dan jawab "dia mau bisnis kue dulu katanya".
Rianna belum begitu memikirkan kenapa dirinya sampai saat ini masih sendiri, dan dia nyaman-nyaman saja. Dia belum pernah pacaran, bukan karena dia sangat amat menentang pacaran. Memang, pacaran itu tidak diperbolehkan agama, dan ia tau. Namun, disamping itu, ia memang tidak pernah kepikiran untuk pacaran ataupun hubungan sejenisnya. Baginya, itu buang-buang waktu, dan uang. Cukuplah jika tiba waktunya, mungkin lelaki itu akan datang. Berkat santainya ia akan hal itu, ibunya kadang gemas melihatnya. "Kalau nggak kamu cari, gimana dapatnya. Dijodohin pun nggak mau" tapi Rianna selalu punya alasan.
Sebenarnya, tidak sedikit lelaki yang mencoba mendekatinya, selain Alan, tentu. Ada yang sudah hampir datang kerumah, tapi ia tolak. Dan dengan begitu teman-temannya selalu bilang dia pemilih. Rianna tidak peduli. Ia yakin, bila tiba saatnya, maka perasaan 'berbeda' itu akan hadir.
Kini, Rianna sudah membuka orderan kue, meskipun kecil-kecilan, cukup baginya untuk tidak meminta uang lagi kepada orangtuanya untuk keperluan sehari-hari. 
Dan saat sedang merekap orderan, smartphone miliknya yang tergeletak di atas meja berbunyi. Ada whatsapp.
"Mba, masih bisa order kuenya? Untuk tanggal 4 Juli
Eh, maaf ketinggalan. Assalamu'alaikum."
 "Wa'alaikumsalam"
"Iya, masih bisa. Mau pesan kue apa?"
"Yang paling enak apa mbak?"
"Yang paling sering dipesen sih oreo cheese cake"
"oo.. itu mbak suka?"
"hah? Maksud?"
"iyaa.. mbak suka ndak oreo cheese nya?"
"kalau saya pribadi suka yang ogura cheese cake. Saya kurang suka yg terlalu manis"
"ooh, kalau itu saya pesen yang ogura aja deh mbak. berapa mba?"
Rianna menyebutkan harganya.
"oya mau di jemput ketempat atau via gosend?"
"biar saya jemput aja mbak. tanggal 4 sore bisa ya, mbak?"
"bisa. bentar, saya kasih alamatnya dulu"
Setelah mengirimkan alamatnya, Rianna kembali melanjutkan aktivitas yang sebelumnya. Tapi, dia lupa. Pakai kartu ucapan nggak ya dia. Pikirnya. Ada juga pelanggan yang baru ingat saat hari H, kepepet cari kartu ucapan, dan jadinya kurang bagus. Ah, nggak usah tanya deh. 

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts