Pamit

March 14, 2017


Kalau ada orang terdekat kalian yang tiba-tiba ngirim kalimat 'saya pamit dulu ya' apa reaksi kalian? kaget? sedih? desperate? guling-guling di lantai?
Menurut saya lebih baik tanya dulu maksud dia apa, daripada udah hiperbol banget nanggepinnya. Siapa tau dia becanda. he he he.
Akhir-akhir ini saya pengen bikin postingan pamit gitu, buat seseorang. Iya. Kalo saya ngomong langsung nggak berani. Takut dianya nganggep saya aneh bin ajaib. Atau dianya malah nanya "aku salah apa?" kan ga enak..
Sebenernya, nggak ada yang perlu dicemaskan kalau saya pamit. 
Jangan terlalu sedih dengan perginya saya (lah kok geer banget dia bakalan sedih?)
Kadang, kalau ada seseorang yang pergi meninggalkan yang lainnya, orang cenderung iba ngeliat yang ditinggalin, dan menganggap yang meninggalkan 'nggak berperasaan'
Tapi, pernah nggak sih kalian mikir, kalau yang pergi itu justru lebih sakit? Lebih berat rasanya, memutuskan pergi dari sesuatu atau seseorang yang kita sayangi, kita butuhkan. Belum lagi banyak yang nyalahin, dan cuma menghibur 'yang ditinggalkan'. Padahal, keputusan buat pergi itu sama beratnya seperti yang ditinggalkan. Menoleh kebelakang, ngeliat sedihnya orang yang ditinggalkan, rasanya pengen balik lagi dan nggak mau pergi :')
Dan kadang, kita suka berburuk sangka. Pergi bukan berarti dia benci dengan apa yang ditinggalkan. Bisa jadi dia pergi karena rasa yang terlalu dalam. Takut menyakiti dan menodai apa yang dia sayangi, lebih baik dia pamit, mungkin kalau sudah ditakdirkan, dia akan kembali. 
Begitu juga saya. Bukan hal yang mudah memantapkan hati untuk pamit dan pergi, tanpa kata-kata perpisahan. Bukan karena saya benci, bukan. Saya cuma pengen dia lebih baik, dan saya lebih baik lagi. Saya nggak bakal pergi selamanya, dan selama saya pergi, saya bukannya ngelupain dia, kok. Ada cara terbaik untuk mencintai orang lain, yaitu dengan mendoakan. Doa-doa itu akan bertemu di langit. Masih adakah yang lebih indah dibandingkan itu?
Ini sebuah perjuangan, menurut saya. Kalau meninggalkan apa-apa yang kamu benci, tentu mudah. Tapi kalau apa yang kamu cintai? Kamu butuhkan? Tentu susah. Tapi kamu pergi justru karena ingin menghargainya dan dirimu.
Baiklah, saya pamit dulu, ya. Suatu saat kita bakal bertemu lagi, insyaAllah.


P.S: Jangan serius banget bacanya, saya nggak kemana-mana kok:)

You Might Also Like

2 comments

Popular Posts