Berdamai dengan Masa Lalu

October 06, 2017

Umur saya 22 tahun. Beberapa detik yang lalu, itu sudah masuk dalam masa lalu saya. Saat ini, saya sedang menulis. Dan saya sedang menulis masa lalu saya.
Ribet nggak sih?
Itu hanya intro. Yang saya ingin bahas, ya masa lalu itu. 
Banyak orang, masih hidup dengan bayang-bayang masa lalunya. Sibuk berkelana mencari pembenaran masa lalu, atau sibuk meratapi masa lalu. Sedang sebagian lagi, berusaha mati-matian melupakan masa lalunya. Kalau pernah baca novel Hujan, mungkin teman-teman akan paham betapa seseorang berupaya melupakan masa lalu yang dianggapnya menyakitkan.
Namun, bagi sebagian orang, masa lalu patut untuk diingat dan dielaborasi. Entah itu masa lalunya, atau masa lalu orang lain (baca: sejarah hidup orang lain). 
Bagaimanapun, masa lalumu adalah bagian dari dirimu. Memisahkan sesuatu yang sudah menjadi bagian dari diri, adalah hal yang tidak mudah. Pribadimu yang terbentuk saat ini, lahir dari masa lalu. Jangan kamu serba menyalahkan masa lalumu. Hei, kamu yang sekarang tegas itu kan juga lahir dari didikan orangtuamu di masa lampau. Masa lalu bukan sekedar hal-hal buruk, atau luka-luka tak berdarah. Kelahiranmu, kelahiran adikmu yang kamu sayangi, itu masa lalu.
Soal masa lalu yang menyedihkan, sudahlah. Cobalah berdamai dengannya.
Lihat dirimu yang sekarang, syukuri bagaimana hidupmu saat ini.
Jangan terus hidup dengan menoleh kebelakang. Kalau nabrak, sakit lho.
Kamu tahu cerebellum? Ya, itu otak kecil. Letaknya? Dibagian belakang. Dan salah satu bagian dari otak kecil itu namanya sereberoserebellum, fungsinya menyimpan memori.
Ah, Tuhan memang maha bijak. Otak kecil, berfungsi sebagai penyimpan memori. Terletak dibelakang kepala.
Artinya?
Masa lalumu, sudah tertinggal dibelakang. Sekali-sekali, bolehlah kamu toleh. Untuk mensyukuri apa yang ada saat ini, dan tidak mengulangi kebodohan yang lalu.

You Might Also Like

0 comments

Popular Posts